Humor

Kisah-Kisah Jenaka Sang Guru Bersahaja

Kisah-kisah jenaka ini hampir mustahil tak bikin Anda tergelak. Tokoh utamanya adalah orang bijaksana yang dikenal luas karena amat kocak.

Orang terdekat yang sering menjadi rekan mainnya tak lain adalah istrinya. Kedua orang suami istri itu kerap digambarkan sebagai pasangan lugu yang gemar menjadikan kepahitan hidup mereka sebagai bahan baku pemicu tawa.

Orang terdekat berikutnya, dari sisi geografis, yang juga acap menyertainya melakoni cerita kocak, adalah seorang tetangga dengan tingkat kekikiran yang tiada tara. Sifat pelit sang tetangga, alih-alih menimbulkan murka, justru menjelma mata air yang mengalirkan ide kelucuan yang bisa diandalkan.

Figuran berikutnya yang juga kerap menjadi lawan main sang pemeran utama adalah penguasa yang memerintah tanah yang didiaminya. Dalam pelbagai cerita, sang penguasa kerap menjadi bulan-bulanan si tokoh utama.

Tak hanya manusia yang disasar sebagai “korban” candaannya. Nasruddin pun sering membuat makhluk hidup selain keturunan Adam dan Hawa terpinga-pinga mengalami kejadian kocak dan konyol yang berhubungan dengannya.

Silakan baca artikel yang menjawab pertanyaan seberapa sulit menulis humor.

Kalau Anda belum menangkap siapa gerangan sang tokoh kocak yang saya maksudkan, saya akan memberikan beberapa petunjuk selanjutnya.

Sang tokoh acap disapa dengan berbagai sebutan, sebagai bentuk penghormatan baginya. Salah satu gelar paling populer yang lekat dengan namanya adalah Mullah, yang dapat diartikan sebagai guru atau ulama.

Tokoh kita ini sangat dekat dengan binatang peliharaan satu-satunya. Binatang berwujud keledai itu amat setia menemani ke mana pun sang Mullah bepergian. Sang binatang juga tak luput dari incaran penulis cerita sebagai sumber kelucuan, melengkapi kekocakan majikannya.

Kini saya yakin, sebagai pencinta humor, Anda telah menebak dengan benar siapa gerangan tokoh yang saya maksudkan dalam tulisan ini.

Tidak Masuk Akal Adalah Hal Biasa

Nasruddin Hoja, banyak kalangan menyebut namanya dengan sebutan-sebutan yang dieja sesuai kebiasaan daerah masing-masing, merupakan seseorang yang sederhana. Adakalanya ia digambarkan sebagai warga yang amat miskin.

Simaklah sebuah cerita di bawah ini. Usai membacanya, kita bisa membayangkan separah apa kemiskinan yang diderita insan bijak ini.

Suatu malam, kala Nasruddin sendirian, seorang pencuri menyatroni rumahnya. Kebetulan, Nasruddin melihat kelebatnya.

Segera saja ia memasuki sebuah peti seukuran tubuhnya untuk bersembunyi.

Sekian lama mengobrak-abrik isi rumah, pencuri itu tidak juga menemukan barang yang diinginkannya.

Setelah tidak ada lagi wadah yang mungkin berisi harta benda, dengan penuh harapan, si pencuri melangkah ke arah peti berisi Nasruddin dan membukanya.

Kedua orang yang bersitatap itu terperanjat dan berteriak kuat-kuat. Untung para tetangga Nasruddin tidur amat nyenyak.

Setelah situasi terkendali, Nasruddin menjelaskan alasannya bersembunyi kepada pencuri yang keheranan melihat tingkahnya yang sulit dicerna nalar.

“Aku malu sekali. Tak ada satu pun barang di rumah ini yang bisa kaucuri!”

Ilustrasi pencuri, sumber gambar: mohamed hassan (pixabay)

Si miskin ini cukup dihormati oleh orang-orang dalam lingkungannnya. Nasihat-nasihatnya sering dibutuhkan bukan hanya oleh para tetangganya, bahkan raja yang tengah berkuasa di negerinya, sekalipun sang raja menampik kebutuhan akan nasihatnya, kerap mendapatkan nasihat yang berguna darinya.

Anehnya, dengan pelbagai kebijaksanaan yang dimilikinya, tak jarang Nasruddin melakukan tindakan-tindakan yang sulit dimengerti oleh akal sehat. Tingkat keganjilan tingkahnya membuat kita sulit membayangkan bahwa hal-hal semacam itu benar-benar pernah terjadi di bumi.

Namun begitulah adanya. Tanpa kelakuan-kelakuan aneh yang dijalaninya, barangkali kita justru akan menjadi bimbang, benarkan ia Nasruddin Hoja?

Kisah-Kisah Jenaka Tak Terlupakan

Saya mengingat sejumlah kisah Nasruddin Hoja yang kocak dan seringkali di luar nalar. Saya akan memberikan empat contoh lakon sang Mullah dengan “figuran-figuran” yang berbeda.

1. Hidup “Merana” Nasruddin Bersama Istrinya

Sebuah cerita tentang Nasruddin bersama istrinya ini merupakan salah satu favorit saya. Hingga kini saya belum dapat membayangkan peristiwa ini betul-betul terjadi di dunia nyata.

Pertengkaran suami istri hampir menjadi menu sehari-hari dalam rumah tangga Nasuddin. Namun percekcokan yang terjadi kali ini membuahkan hasil yang tak terduga.

Kerasnya perselisihan telah membawa istri Nasruddin kabur ke kediaman seorang tetangga. Tak ingin melepas istrinya begitu saja, Nasruddin memburunya ke tempat yang sama.

Sang tetangga yang baik berusaha keras menenangkan kedua orang yang tercatat telah lama berkeluarga. Bukan sekadar usapan di pundak dan kelembutan kata-kata, tetangga itu juga menyuguhkan teh hangat dan penganan tradisional yang mengundang selera.

Segera saja pasangan suami istri itu, dengan tetap menjaga etika tentu saja, menyantap tandas hidangan di hadapan mereka. Usai bersantap, dan pertengkaran reda, mereka mengucap terima kasih kepada tetangganya, dan segera beranjak menuju kediaman mereka.

Baru berselang sehari sejak terjadinya huru-hara, pasangan itu kembali membikin kegaduhan serupa. Mirip peristiwa sebelumnya, sang istri kembali minggat dari rumahnya.

Beberapa meter di belakang perempuan itu, tampak Nasruddin bergegas menyusul sang istri. Di tengah acara kejar-kejaran itu, sekonyong-konyong terdengar seruan Nasruddin, “Kali ini, singgahlah ke kedai ayam panggang. Sudah lama aku cuma bisa menghirup aromanya!”

Ilustrasi ayam panggang, sumber gambar: pngwing

Bagaimana? Apakah cerita ini cukup inspiratif? Semoga praktik semacam ini tak terlintas di benak Anda.

2. Interaksi Ganjil Nasruddin dengan Tetangga Kikir

Kisah Nasruddin dan si Kikir hampir selalu berfokus pada sifat lokek bukan kepalang si tetangga. Kebakhilan yang membuatnya menghalalkan segala cara demi mengamankan atau bahkan menambah perbendaharaan harta bendanya.

Cerita si Kikir yang paling banyak disitir barangkali “Periuk Beranak” atau kisah serupa dengan versi judul yang berbeda. Namun kali ini saya lebih suka menghidangkan cerita lain yang mudah-mudahan tidak membuat Anda berpaling.

Suatu sore yang cerah, Nasruddin bersama beberapa orang teman sekampungnya ngabuburit ke pinggiran desa.

Saat mereka tengah asyik menikmatigemericik suara air, tiba-tiba seorang di antara mereka terpeleset dan tercebur ke sungai. Secara reflek kawan-kawannya segera mengupayakan pertolongan kepada si tetangga dekat Nasruddin itu.

Ilustrasi sungai. Sumber: Debi Brady dari Pixabay.

“Cepat berikan tanganmu padaku!” Seseorang berteriak sembari mengulurkan tangannya ke arah temannya yang terlihat timbul tenggelam di permukaan air.

Anehnya, tak tampak sedikit pun usaha si teman menyambut uluran tangan itu. Riuh teriakan teman-temannya yang lain takmengubah keadaan.

Menyaksikan situasi yang membahayakan jiwa itu, Nasruddin segera menyingsingkan lengan jubahnya. Bersamaan dengan terjulurnya lengan kanannya, sang Mullah berteriak, “Ayo, terimalah tanganku!”

Mendengar seruan Nasruddin, sontak tetangganya yang tampakmegap-megap nyaris kehabisan napas meraih tangan Nasruddin. Maka, selamatlah ia seusai badannya ditarik ke tepi dan dinaikkan ke bibir sungai.

Merasakan adanya keheranan pada wajah teman-temannya, dengan berbisik Nasruddin memberikan penjelasan yang tak diduga oleh para sohibnya.

“Aku telah lama mengenal kebakhilannya. Pantang baginya memberikan sesuatu pun miliknya kepada orang lain. Sebaliknya, ia pasti lekas menyambut pemberian orang lain.”

3. Muslihat Nasruddin Hoja terhadap Penguasa di Negerinya

Bisa dikatakan bahwa cerita Nasruddin dengan penguasa banyak menghiasi kisah-kisahnya.

Salah satu tipikal penguasa yang ikut meramaikan cerita adalah seorang raja kejam yang tidak peduli dengan kondisi rakyatnya. Nasruddin, sebagai representasi rakyat jelata yang memiliki kecakapan dan keberanian, senantiasa siaga mematahkan manuver sang Tiran, bahkan berbalik “mempermainkan”-nya.

Kisah berikut ini menggambarkan sesosok rakyat jelata yang “hanya” berbekal sekelumit lelucon mampu “membimbing” raja yang semula sinis berbalik mengaguminya.

Tak biasanya, Raja memberi hadiah seekor keledai kepada Nasruddin. Sepertinya ada udang di balik batu.

“Engkau seorang guru yang termasyhur, dan guru sekelas dirimu tentu amat pandai mengajar membaca,” ucap sang Raja mengiringi serah terima keledai.

Nasruddin mulai waswas karena batu yang menutupi si udang mulai bergeser dan sedikit menampakkan barang yang tersembunyi di baliknya.

“Aku minta kau mengajar keledai ini membaca,” lanjut sang Raja, “dan kau punya waktu tiga bulan untuk menuntaskannya hingga binatang ini benar-benar pintar membaca.”

Ucapan Raja berikutnya mudah ditebak. Pada satu sisi menjanjikan hadiah bagi keberhasilan Nasruddin menunaikan tugasnya—dan Raja amat yakin hal ini tidak akan terjadi. Sisi lainnya, apalagi kalau bukan hukuman yang siap menyambut kegagalan lelaki bijak itu.

Akhir cerita tentu berpihak kepada pemeran utamanya. Dengan bangga Nasruddin menunjukkan kebolehan keledai binaannya membolak-balik buku dengan lidahnya.

Sekilas mendapatkan pujian dari sang Raja atas keberhasilannya, sebuah pertanda buruk kembali hadir menyapa Nasruddin. Dengan senyum sinis yang memang kerap menghiasi bibirnya, Raja kembali berucap, “Namun, apakah keledai itu memahami isinya?”

Nah, di sinilah letak keistimewaan Nasruddin. Bukan gemetar ketakutan, tetapi juga bukan geram kemarahan, melainkan sang Mullah menyampaikan jawaban santun nan berkelas.

“Memang hanya sebatas itu kemampuan seekor keledai, Paduka. Jika keledai mampu memahami isi buku, lantas manusia yang tak paham apa-apa mau dikasih sebutan apa?”

4. Makhluk Lain Turut Menikmati Humor Nasruddin

Bukan hanya manusia, tak jarang binatang-binatang yang hidup di sekitar Nasruddin turut mendapat berkah atas kejenakaan (baca: kebijakan) sang Mullah. Keledai yang setia menemani suka-duka Nasruddin tentu menjadi salah satu hewan yang beruntung itu.

Banyak kisah tentang hubungan keledai itu dengan tuannya yang kocak dan kadang penuh hikmah. Salah satunya menceritakan keledai Nasruddin yang amat langsam jalannya.

Jenis hewan lain pun tak luput dari “keusilan” Nasruddin. Saya mengingat sebuah cerita yang melibatkan seekor burung gagak lantaran tingkat kekonyolannya nyaris tak terjangkau nalar manusia.

Suatu pagi Nasruddin pulang dari pasar dengan menenteng bungkusan berisi daging yang dibelinya di sana. Di tengah perjalanan, ia bersua dengan seorang temannya.

Sang teman menawarkan bantuan untuk membuatkan masakan daging yang lezat. Nasruddin memilih temannya menuliskan resep masakan itu agar ia bisa memasaknya sendiri di rumah, dan sang teman tidak keberatan.

Beberapa saat kemudian, mendadak seekor burung gagak menukik deras dari angkasa, menyambar bungkusan dari genggaman tangan Nasruddin, dan bergegas terbang menjauh darinya. Mungkin si gagak mengira orang yang kecurian daging itu akan marah besar dan memburunya.

 Namun, tak seperti yang disangka oleh gagak, dan barangkali juga sangkaan kita, Nasruddin menyorongkan kertas berisi catatan resep memasak daging yang lezat pemberian temannya ke udara sembari berteriak ke arah gagak, “Hei, kau tak akan bisa menikmati daging itu! Resepnya masih ada padaku, nih!”

Ilustrasi burung gagak. Sumber: pngwing

Saya yakin, gagak yang mujur itu, sekembalinya ke komunitas, akan menceritakan kisah menggemaskan yang dialaminya kepada keluarga dan rekan-rekannya. Tak mustahil sang Mullah bakal tenar dan menjadi ikon kocak dalam pergaulan kaum gagak.

Apa Manfaat Membaca Kisah Jenaka Nasruddin Hoja?

Lantas, apa manfaat kita membaca kisah-kisah unik yang dijalani Nasruddin Hoja? Sebagai hiburan, saya tidak meragukan tingkat kelucuannya akan mampu membuka mulut kita lebar-lebar, atau sedikitnya menyunggingkan seulas senyum, entah ditujukan kepada siapa.

Selain untuk mengendurkan syaraf yang terlampau  tegang, sesuai “gelar” yang disandang sang tokoh, kisah-kisah Nasruddin juga bisa menjelma sebagai guru kehidupan. Sering kali, dalam cerita-cerita yang melibatkan sang Guru terkandung inspirasi yang lebih berarti ketimbang sekadar dongeng yang menggelitik urat geli.

Menjalani hidup sederhana tidak harus senantiasa bersedih hati sarat derita. Nasruddin dan istrinya yang sering digambarkan sebagai pasangan sangat miskin—dalam istilah yang tidak populer disebut rudin— justru menjadikan pelbagai kekurangan sebagai bahan baku penghasil tawa.

Entah apakah dia sendiri juga ikut tertawa saat menapaki jalan hidup yang seadanya? Atau barangkali metode bercerita ini merupakan strategi agar orang (pembaca) tidak merasa digurui?

Silakan baca tulisan tentang manfaat humor sebagai daya tarik sebuah tulisan.

Dalam kehidupan nyata, adakalanya kita menemui kasus serupa. Saat kita menyaksikan orang-orang yang kita anggap berkecukupan banyak mengeluh, pada sisi lain justru kita melihat orang-orang pinggiran menghiasi kehidupan berat mereka denga tawa.

Ilustrasi tertawa jenaka. Sumber: Gerd Altmann dari Pixabay.

Tawa mereka bukan basa-basi semata, melainkan ekspresi yang sesungguhnya. Meskipun saya sendiri tidak tahu persis makna tawa mereka, tetapi kita benar-benar bisa melihat aura kegembiraan menguar dari bibir dan raut wajah orang-orang “susah” itu.

Dalam tingkat kejenakaan dan mungkin kebijakan yang berbeda, orang-orang serupa acap kita temukan dekat tempat keberadaan kita. Mereka berdiam tak jauh dari perumahan yang kita huni, bahkan sering pula berada dalam ruangan yang sama dengan kita di tempat kita bekerja. Sungguh beruntung orang yang bisa menemukan para penghibur jenaka itu.

Itulah sekelumit cerita mengenai seseorang yang sangat sederhana hidupnya, tetapi sungguh lihai mengajak orang tertawa.

Anda mengenal sang Guru yang barusan kita bahas? Lantas, kisah jenaka Nasruddin Hoja mana yang paling membekas di benak Anda?

liliek purwanto

Recent Posts



7 Peribahasa Kocak Generasi Milenial yang Hidup Enak

Inilah 7 peribahasa generasi milenial nan kocak, berkaitan dengan kehidupan mereka. Tentu saja, kehidupan serba…

2 weeks ago

Humor Sepak Bola Tersingkir Gegara STY dan Erick Thohir

Humor sepak bola bisa terkikis habis karena ulah Shin Tae-yong dan Erick Thohir. Satu per…

4 weeks ago

Sesulit Apa Sih, Memproduksi Tulisan Humor?

Sudah lama sekali hasrat menghasilkan tulisan humor menyembul dalam hati. Namun realisasinya selalu tersendat, bahkan…

2 months ago

Cara Menghadapi Hinaan Orang Ala Crying Wind

Linda Stafford punya cara menghadapi hinaan orang dan mengubahnya menjadi prestasi mengagumkan. Bagaimana penulis itu…

3 months ago

3 Cara Menang Lomba Menulis Esai Media Nasional

Ingin menang lomba menulis esai yang diadakan oleh media berskala nasional? Silakan simak paparan juri…

4 months ago

Orang Bodoh Menjadi Penulis

Hanya orang bodoh yang mau menjadi penulis. Umumnya penulis tak bisa berharap mendapatkan penghasilan yang…

5 months ago

This website uses cookies.