Mungkinkah Produktif dengan Berdiam Diri Saja?

Tak disangka, berdiam diri bisa lebih produktif ketimbang beraktivitas nggak jelas. Lantas, bagaimana cara menghasilkan tanpa melakukan apa-apa?

Awalnya saya berniat mencari referensi mengenai tulisan bergenre humor.

Saya sama sekali tidak menduga bakal menemukan ulasan menyangkut pemanfaatan rasa jemu untuk menumbuhkan kreativitas. Apalagi penulis menyarankan untuk berdiam diri saja agar timbul rasa bosan. Asyik banget, kan?

Tulisan itu menjadi lebih menarik dengan adanya bahasan yang memaparkan resep sukses menulis secara tidak biasa. Ulasan tentang menulis itu menjadi istimewa lantaran disampaikan oleh seorang pelawak termasyhur asal Amerika Serikat bernama Jerry Seinfeld.

Saya benar-benar tidak menyangka bahwa kejemuan bisa diolah menjadi bahan yang berguna untuk mengembangkan kreativitas. Seperti tidak masuk akal gitu loh.

Sementara itu, pada saat yang sama, saya sedang sangat membutuhkan kreativitas.

Bagaimana tidak? Kegiatan menulis yang tengah saya tekuni acap terhambat oleh macetnya lalu-lintas ide-ide yang sangat saya dambakan.

Tentu saja saya bukan penulis sekelas Sapardi Djoko Damono yang setiap kali punya keinginan berkarya bisa langsung menulis tanpa menunggu inspirasi. Lha, saya hanyalah seorang penulis pemula yang masih bergantung sepenuhnya kepada datangnya imajinasi.

Lantas, saya membaca ulang tulisan tentang kejenuhan yang bermanfaat itu dan mencoba perlahan-lahan memahami paparan sang penulis. Sedikit demi sedikit, saya mulai mengerti logika yang disampaikan penulis dalam artikel itu.

Munculkan Rasa Bosan dengan Berdiam Diri Saja

Inti imbauan ini, kita harus membikin diri kita merasa bosan. Dalam keadaan jemu, kondisikan agar kita tidak bisa berbuat apa pun selain tujuan yang hendak kita capai.

Saya akan memberikan sebuah ilustrasi.

Mula-mula, siapkan sebuah ruang yang tidak memiliki fasilitas apa pun kecuali perlengkapan untuk menulis.

Singkirkan barang-barang yang berpotensi mengganggu fokus kita, seperti alat komunikasi dan sarana hiburan semacam internet dan telepon genggam.

Berikutnya, masuklah ke dalam ruang itu dan tutup pintunya rapat-rapat, selain ventilasi tentunya. Sampaikan kepada orang-orang di sekitar kita agar tidak mengusik kita selama waktu tertentu, kecuali tentu saja dalam kondisi darurat.

Bila perlu, beberapa waktu sebelum “masa isolasi” tiba, “nikmati” bacaan yang membosankan, atau bisa juga kita menggantinya dengan menonton film yang nggak jelas jalan ceritanya. Hal ini bakal mempercepat proses timbulnya rasa jenuh ketika kita berada dalam ruang yang telah kita siapkan.

Saat berada dalam “ruang isolasi”, kita tidak perlu berupaya menulis. Hal terpenting yang harus kita ingat adalah, jangan melakukan kegiatan apa pun yang tidak berhubungan dengan menulis.

Intinya, kita hanya perlu berdiam diri di sana.

You don’t have to write but you can’t do anything else.

— Jerry Seinfeld

Dalam waktu sekian menit atau sekian jam, bergantung pada daya tahan masing-masing orang, kita akan dilanda rasa bosan.

Karena tidak tersedia sarana selain perlengkapan menulis, maka kegiatan yang bisa kita lakukan hanya menulis. Kecuali kalau kita lebih suka terus-terusan bengong memandangi dinding yang kosong.

Nah, ketimbang berdiam diri dalam kebosanan yang menyiksa, bukankah lebih baik menggunakan waktu yang kita miliki untuk menorehkan kata-kata? Barangkali seperti itulah maksud ulasan dalam artikel menggelitik yang barusan saya baca.

Kalau kita tidak memiliki ide, lantas mau menulis apa? Dalam keadaan seperti itu, kita bisa melakukannya dengan sistem menulis bebas.

Bagaimana menurut Anda? Cukup masuk akal, bukan?

Kendala Lain yang Bakal Mengadang

Hal yang mungkin akan menjadi kendala besar, selain penyiapan ruang dan sarana lainnya, adalah ketetapan hati untuk menyingkir dari benda-benda yang bakal mengganggu konsentrasi kita. Kita harus berjanji kepada diri sendiri untuk tidak mencuri-curi kesempatan menggunakan alat-alat komunikasi dan hiburan.

Kita tahu bahwa saat ini telepon pintar dan internet telah menjelma sebagai kebutuhan primer sebagian besar manusia. Sayangnya, barang-barang itu juga sekaligus menjadi pengganggu nomor satu saat kita sedang berkutat dengan urusan-urusan penting yang harus kita selesaikan.

Saya sendiri telah merasakan betapa internet telah menjadi salah satu “penjajah” yang paling sulit saya singkirkan dari kehidupan ini.

Dalam urusan menulis, saya telah menetapkan jadwal menulis sedemikian rupa. Namun, begitu saya merasa memiliki kesempatan membuka internet, saya hampir tak pernah mampu menahan diri untuk tidak mulai melakukannya.

Pada awal membuka perambah internet, saya masih meyakini kemampuan mengendalikan diri untuk browsing sekadarnya. Saya akan segera menghentikan aktivitas berselancar di jagat maya setelah sekian menit menjalaninya.

Namun, pada kenyataannya, saya lebih sering bablas alias keterusan karena asyiknya berselancar. Aktivitas merambah dunia maya berlangsung hingga berjam-jam lamanya.

Akhirnya, jadwal yang tersusun rapi hanya wujud tulisan yang tertera dalam tabel excel tanpa dibarengi kedisiplinan untuk menjalankannya.

Inilah wujud tantangan berikutnya yang kerap menghalangi langkah kita. Apakah Anda mengalami hal serupa?

Nah, bila masih kerap dilanda “musibah” langkanya ide menulis, tak ada salahnya mencoba resep sederhana, berdiam diri sejenak dan tidak melakukan apa-apa.

Leave a Comment